Kamis, 20 September 2007

Rokok Kretek dan Etiketnya, Sebuah Kajian Historis

Rokok Kretek dan Etiketnya, Sebuah Kajian Historis
OLEH INDRIYANTO OS

PERKEMBANGAN rokok kretek di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari tanaman tembakau dan cengkeh. Campuran kedua yang kadang-kadang dicampur lagi dengan kemenyan, merupakan rokok kretek khas Indonesia.

Suatu hal yang menarik bahwa pada mulanya orang merokok bukan karena gengsi, aksi atau berhubungan dengan penampilan, bahkan kejantanan. Semua perokok mengatakan bahwa persekutuannya dengan rokok selalu diawali dengan rasa muak, batuk, pusing, dan perasaan tidak enak lainnya, tetapi toh mereka bersekutu juga dengan rokok. Meskipun bau asap rokok kretek sangat menyengat dan tidak mengenakkan bagi hidung orang Barat, tetapi orang bergurau itulah yang menyebabkan orang Barat mencari cengkeh dan menjadikannya salah satu ekspor utama Hindia Belanda.

Industri rokok kretek di Indonesia diperkirakan berkembang pada 1870 sampai 1880-an. Bentuk-bentuk rokok pada masa itu tidak seperti sekarang. Kretek dengan klobot merupakan kretek paling umum digunakan orang. Pada zaman Jepang atau tahun 1940-an beberapa merek rokok yang terkenal antara lain Kooa dan Mizuho, kemudian ada juga yang agak murah yaitu merek Semangat dengan tembakau yang konon bercampur dengan daun sawo yang dikeringkan (Fuad Hasan, 1987: ix).

Perusahaan rokok kretek pertama di Indonesia adalah perusahaan rokok Mari Kangen di Sala, yang kemudian disusul oleh perusahaan rokok Sampoerna di Surabaya. Pada awal abad XX banyak perusahaan rokok kretek beroperasi di Kudus. Salah satu perusahaan yang terkenal adalah perusahaan rokok cap Bal Tiga yang dikelola oleh raja rokok Nitisemito. Sejak 1928 terjadilah perubahan penting dalam industri rokok kretek di Kudus, yaitu meluasnya wilayah industri menuju distrik Kudus, Tenggeles, Cendono, dan beberapa wilayah lain di Jawa.

Pertengahan abad XX distribusi rokok kretek mulai menyebar ke luar pulau Jawa. Selain itu, orang juga mengenal jenis rokok sigaret kretek (papier sigaretten), rokok kretek yang dibuat dengan menggunakan alat pelinting dan bahan pembungkus dari kertas (Onghokham, Amen Budiman, 1987: 114).

Perkembangan industri rokok kretek itu sendiri juga tidak bisa dilepaskan dengan etiket rokok yang melekat pada masing-masing kemasan bungkus rokok yang diproduksi oleh suatu industri. Etiket rokok selain berfungsi sebagai jati diri sebuah industri rokok, juga menjadi alat promosi untuk menarik perhatian pembeli. Dengan demikian etiket rokok juga menjadi instrumen pemasaran karena etiket rokok merupakan alat komunikasi pertama yang menjembatani antara produsen dan konsumen.

Etiket rokok selain sebagai sebuah karya seni rupa juga mengandung sbeuah konsep komunikasi. Apakah konsep komunikasi yang ada pada etiket rokok benar-benar berfungsi efektif dan berperan dalam mengubah perilaku seseorang dalam mengonsumsi rokok kretek?

Menurut penuturan beberapa perokok atau narasumber, mereka merokok kretek tidak banyak dipengaruhi oleh etiket rokok. Memang ada unsur ketertarikan seseorang untuk membeli rokok kretek tertentu akibat membaca atau melihat etiket rokok kretek di pasaran. Tetapi, unsur utamanya terletak pada rasa dan kenikmatannya. Tak heran bila banyak perokok, terutama yang bermukim di daerah pedesaan atau kota kecil, melakukan aktivitas merokok dengan cara melinting kretek sendiri. Perokok yang terikat merek tertentu menyatakan bahwa ikatan ini lebih banyak didasari oleh rasa dan kenikmatannya ketimbang pengaruh sebuah etiket atau merek.

Bagaimana perkembangan etiket rokok itu sendiri, khususnya dari segi seni rupa?

Rupanya tidak banyak sumber sejarah yang bisa menjelaskan perkembangan seni rupa etiket rokok. Dari berbagai gambar etiket rokok yang berkembang dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan statis dan sederhana. Tidak ada perubahan drastis dari gambar tersebut. Sejak rokok kretek dipasarkan oleh suatu perusahaan sampai perusahaan itu tidak memproduksi lagi, hampir bisa dilihat bahwa tidak ada perubahan yang prinsipil dalam gambar. Bahkan kecenderungan untuk mempertahankan gambar awal yang diperkenalkan dalam etiket rokok itu terus dijaga. Perubahan kadang terjadi pada kemasan bungkus rokok atau warna etiket, bukan pada gambar utama yang dijadikan trade mark-nya. Etiket rokok kretek lebih memberikan kesan kepada konsumen untuk mudah diingat.

Apabila dilihat dari gambar utama yang ada di etiket rokok dapat dibedakan dalam beberapa jenis atau macam, antara lain tumbuhan , buah-buahan, binatang, tokoh atau orang, gedung atau bangunan, peralatan hidup, tokoh wayang, alam, aktivitas manusia, dan lain -lain. Dari berbagai jenis etiket rokok kretek tampaknya merek atau cap rokok kretek berjenis buah atau tumbuhan dan binatang menempati posisi dominan. Lalu, alasan atau dasar apa yang digunakan untuk menentukan sebuah etiket merek rokok? Rupanya sebuah etiket dan merek atau cap suatu kretek tertentu lebih banyak didasari oleh filosofi tertentu yang memberi makna tertentu pula. Penentuan ini lebih bersifat subjektif dari pemilik perusahaan. Tidaklah heran bila ada pula jenis-jenis etiket kretek yang menggunakan cap agak aneh, seperti kretek cap Kaki Tiga, Naga Bulan, Grendel, dan sebagainya.

Metode historis akan mengungkapkan perkembangan kretek dan etiket, baik ditinjau dari segi promosi, filsafat, dan seni. Penggunaan oral historis untuk mengisi kekosongan data lebih ditekankan dalam analisanya.*


Indriyanto OS, dosen sejarah Universitas Diponegoro, Semarang

(Sumber : http://www.mesias.8k.com/rokok.htm)

Tidak ada komentar: