Minggu, 28 Oktober 2007

Dari Manakah Naga Jawa Itu?



"Ular naga panjangnya bukan kepalang/ Menjalar-jalar selalu kian kemari/Umpan yang lezat itulah yang dicari/Ini dianya yang terbelaaaa....kang!"

Lagu ini mungkin sering kita nyanyikan ketika kita masih kecil sambil bermain dengan riang gembira dengan teman-teman.. namun, siapakah ular naga ini?

Pada kemasan Klanceng bagian tampak depan bisa kita lihat ada 2 naga di sisi kanan dan kiri ikut meramaikan desain Jamu Klaceng. Setelah saya teliti ternyata motif, bentuk dan rupanya tersebut adalah rupa ular naga Jawa yang serupa dengan naga yang terdapat pada gamelan gong Jawa. Motif hias ular naga pada gong Jawa tersebut posisisnya selalu bertolak belakang , bagian ekornya selalu ada di tengah, hal tersebut merupakan simbol dunia bawah yang turun dari dunia atas. Hal ini menunjukkan bahwa Ular Naga ini adalah sesuatu yang berhubungan dengan simbol dunia-dunia spiritual masyarakat jawa dan dihormati. Orang Jawa percaya bahwa 8 penjuru mata angin di jaga oleh naga. Naga mempunyai 8 keistimewaan , menyembur, menggigit, melilit, kuat, bisa hidup di air dan darat , meronta, bertukar kulit, bisa hidup dari minyak yang disimpan di ujung ekornya.

Ular Naga ini bagi petani jawa adalah makhuk yang dianggap sakral, Ular Naga ini adalah jelmaan Dewi Sri yang dalam kehidupan sehari-hari menjelma dalam bentuk ular sawah. Hal ini tertulis dalam serat babad ila-ila disebutkan : Dewi Sri dan Raden Sadhana adalah kakak beradik. Karena mereka tidak mau tinggal di kraton, maka oleh ayahandanya Prabu Purwacarita mereka dikutuk, Dewi Sri menjadi ular sawah dan Raden Sadhana menjadi burung Sriti. Kemudian mereka pergi entah kemana. Perjalanan dewi Sri atau ular sawah lebih banyak halangan daripada raden Sadhana sebagai burung Sriti . Akhirnya Ular sawah sampai di negeri wirata, berhenti sebentar didusun Wasutira lalu tidur melingkar ditengah-tengah padi. Didusun Wasutira inilah Ular sawah diletakkan di Petanen. Ular sawah itu nantinya akan menjaga bayi yang dikandung oleh Ken Sanggi atau istri dari Kyai Brikhu, sebab bayi yang dikandung itu adalah titisan Dewi Tiksnawati. Apabila ular itu mati , maka bayi itu juga akan mati. Demikianlah pada malam hari Ken Sanggi melahirkan anak perempuan dengan selamat. Maka Kyai Brikhu dalam memelihara ular sawah itu sangat berhati-hati jangan sampai mati. Sewaktu Kyai Brikhu tertidur , ular sawah itu seakan-akan berkata agar jangan diberi makan katak melainkan sesaji berupa sirih ayu, bunga serta lampu yang menyala terus. Setelah kyai Brikhu terbangun dari tidur langsung menyiapkan sesaji seperti apa yang diminta ular sawa tadi. Dewi Tiksnawati yang menitis pada tubuh bayi itu membuat huru hara di SBY, tempat kediaman dewa-dewa karena Dewi Tiksnawati tanpa memberi tahu atau ijin dari Sang Hyang Jagadnata. Sang Hyang Jagadnata menjadi murka dan mengutus para dewa untuk memberi bancana pada sang Bayi. Akan tetapi gagal karena kena pengaruh tolak bala yang diberi kan Kyai Brikhu dari Ular sawa tadi. Setelah beberapa kali gagal tahulah Sang Hyang Jagadnata bahwa semua itu berasal dari Dewi Sri. Kemudian Sang Hyang Jagadnata atau Batara Guru mengutus para bidadari untuk memanggil Dewi Sri. Dia akan dijadikan bidadari untuk melengkapi bidadari yang ada dikhayangan. permintaan Sang Hyang Jagadnata diterima oleh Dewi Sri, akan tetapi ia mohon agar Raden Sadhana yang dikutuk menjadi burung Sriti agar dapat diruwat menjadi manusia kembali. Ternyata Raden Sadhana telah diruwat menjadi manusia oleh Bagawan Brahmana Marhaesi putra dari Sang Hyang Brahma. Kemudian Raden Sadhana dikawinkan dengan putri yang bernama Dewi Laksmitawahni. Apabila telah berputra, Raden Sadhana akan diangkat menjadi dewa. Kemudian ular sawa diruwat menjadi Dewi Sri kembali oleh para bidadari. Sepeninggal para bidadari, Kyai Brikhu ketika tengah membersihkan petanen terkejut melihat ular sawa lenyap. Yang ada hanya seorang wanita cantik. Kyai Brikhu akhirnya tau bahwa Dewi Sri adalah putri dari Prabu Mahapunggung dinegeri Purwacarita. Sebelum Dewi Sri meninggalkan Kyai Brikhu dan keluarganya dia berpesan agar memberikan sesajen didepan petanen atau kamar tengah agar sandang pangannya tercukupi.setelah itu Dewi Sri moksa dan juga Raden Sadhana kembali ke khayangan.
Oleh karena itu pada setiap pada sethong tengah pada rumah Jawa selalu diberi gambar ular naga sebagai lambang kewanitaan, yaitu Dewi Sri yang memberikan kemakmuran. Para petani apabila ada ular sawah masuk kedalam rumah dijadikan pertanda bahwa sawahnya akan diberikan hasil yang baik atau banyak rejeki. Karenanya mereka tidak mau mengganggu ular sawah dan memberi sesaji.

Namun bagi saya hal ini bisa dibuktikan secara logika. Ular sawah itu menolong Petani dalam menyuburkan dan menjaga sawahnya dari hama tikus yang sangat merugikan. Semakin banyak ular sawah, maka hama tikus bisa dipastikan tidak bisa berkembang biak, sehingga panen bisa berhasil. Oleh karena itu ular naga ini bisa dianggap menjadi sesuatu yang sakral dan dianggap memberikan rejeki. Hal ini sesuai dengan hukum rantai makanan yang berkembang di alam. Oleh karenanya akan lebih baik kalau kita tidak menganggu keseimbangan dari rantai makanan. Bila salah satu rantai terputus maka keseimbangan alam akan terganggu dan kita manusia yang menganggunya akan merasakan efeknya cepat atau lambat.

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa ular naga jawa ini tidak memiliki kaitan budaya dengan kebudayaan China. Legenda ular naga ini lahir dan hidup turun temurun dari kehidupan masyarakat Jawa zaman dahulu yang tentunya sebagian besar berprofesi sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. “Makin banyak Anak makin banyak rejeki” prinsip orang Jawa ini juga mendukung profesi mereka yang rata-rata berladang dan bertani. Dengan semakin banyaknya anak mereka, maka semakin banyak yang bisa membantu mengerjakan dan menjaga sawah mereka sehingga hasil panen pun bisa maksimal.


Referensi:
Mitologi Ular Menurut Kepercayaan Jawa
            http://warta.unair.ac.id/artikel/index.php?id=1
Dewi Sri-Dewi Kesuburan
            http://www.soulcast.com/post/show/5212/Dewi-SRI---dewi-kesuburan







Template Klanceng

Senin, 22 Oktober 2007

Apa kata Fengshui....

Menurut Fengshui, bentuk itu memiliki elemennya sendiri.
Contohnya:
air : memiliki bentuk bergelombang
kayu : memiliki bentuk persegi panjang
api : memiliki bentuk runcing seprti segitiga
tanah : memiliki bentuk bujur sangkar
logam : memiliki bentuk bulat

Naga merupakan shio yang berelemen air, mungkin itu sebabnya tubuhnya digambarkan bergelombang.

Begitupula dengan warna, warna memiliki unsur sendiri
air : biru hitam dan abu-abu
api : merah, pink, orange, ungu
kayu : hijau, biru muda/corak kayu
tanah : krem, kuning coklat
logam : putih, emas, dan perak


sumber: artikel kupas fengshui in logo
majalah concept vol 03 edisi 17 2007

Minggu, 21 Oktober 2007

Rupa Si Naga Jawa


Gong
Ternyata penggunaan/penenpatan naga Jawa juga dapat ditemui dalam alat musik Jawa. Naga yang saya temukan ini mirip dengan naga yang ada pada kemasan Klanceng. Sama-sama bermahkota,tubuhnya bergelombang, tak memiliki kaki dan tangan seperti naga China. Namun, memang tubuhnya memanjang secara horizontal, tidak vertikal seperti pada kemasan Klanceng.

Typeface Klanceng

Typeface Klanceng adalah jenis huruf "sambung" atau huruf "script" atau bisa juga disebut sebagai "tulisan tangan" (handwriting) karena menyerupai tulisan tangan orang. Huruf Script biasanya menyeerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan.
Huruf script ini biasanya menimbulkan sifat pribadi, akrab, luwes serta terkesan klasik.

Ada berbagai macam huruf script dan handwriting, mulai dari yang kuno hingga modern, dari yang agak lurus hingga miring dan amat "melingkar-lingkar". Umumnya jenis-jenis huruf script dan dekoratif digunakan untuk hiasan atau dekorasi, bukan untuk teks maupun headline teks. Karena derajat kompleksitasnya lebih tinggi, maka tidak cocok untuk teks karena akan menyulitkan pembacaan.

Bila Ditinjau dari segi tipografi:

Ekspresionistik

Dengan desain yang ramai dan padat seperti itu, dengan menggunakan huruf sambung, logotype lebih kelihatan hidup, estetis dan tidak kalah dengan desainnya. Sehingga orang bisa melihat huruf Klanceng itu sebagai merk dari jamu ini. Selain itu penempatan logotype yang berada di central kemasan membuat seperti logotype ini menjadi pusat dari desainnya.

Instrumentalistik

Sesuai dengan karakter huruf scriptyang luwes, akrab serta terkesan klasik. Logotype ini memberikan kedekatan dengan konsumennya. Padahal yang kita tahu produk ini adalah obat.
Huruf script yang meliuk-liuk ini juga terasa sisi feminimnya. Hal ini dilakukan karena "klanceng" sendiri adalah nama lebah (Lebah adalah hewan yang rajin bekerja dan dipimpin oleh seekor ratu lebah yang biasanya ukurannya lebih besar. Lebah-lebah pekerja sangat menghormati ratunya karena ratunya itu juga bertindak sebagai ibu mereka, oleh karena itu sisi feminimnya lebih terasa).

Rabu, 17 Oktober 2007

Nama Lain Si Klanceng

Menurut sumber yang bisa dipercaya,
Yaitu pembantu toko saya yang setia, sekarang umurnya 48 tahun dan sudah tinggal seumur hidupnya di desa Banjarharjo.
Namanya "Sukim". Saya memanggilnya Mang Sukim.
Karena dia cukup mengerti tentang produk2 lama, akhirnya kita hunting bareng cari kemasan di pasar di desa sebelah pake motor, cukup banyak produk2 yang kami dapat.
Dan dia rekomendasi beberapa produk2 keluaran lama, salah satunya jamu klanceng, dia menyebut jamu Klanceng sebagai jamu becak. Jamu ini lebih dikenal dengan nama jamu becak daripada jamu klanceng.
Padahal gambar becak yang dimaksud bedara di belakang kemasan , bukan sebagai image utama seperti image tawon klanceng yang dijadikan sebagai image dari produk.

Libur yg tlah usai...

Stelah libur yg cukup menghibur... akhirny saat prkuliahan kmbali datang...

Btw, kami 3Djempol pengen ngucapin Minal Aidin, Met Lebaran bwt saudara2 skalian yg ngerayaain...
"Mohon Maap Lahir Bathin" yah...

Jumat, 05 Oktober 2007

nyari data di mande-mande

Tadi abis dari perpus FT, di lantai 8, rencana mo konfirmasi, tapi gara-gara pak Asep suibuk tenen akhirnya cari-cari buku dulu. Eh, gak taunya dapet buku yang berkaitan dengan tugas TD qiu!
Soal akulturasi budaya yang ada di Batavia gitu.

Belum dibaca semua sih, nti di ringkas dulu.
judulnya "PERSEKUTUAN ANEH PEMUKIM CINA,WANITA PERANAKAN DAN BELANDA DI BATAVIA VOC" oleh LEONNARD BLUESSE


Sambil menyelam minum air!untung gak nyampe kembung...